Popular post

Headlines News :

Mahasiswa Univa yang Hilang di Danau Toba Belum Ditemukan

Written By Unknown on Senin, 28 Oktober 2013 | 21.15

Mahasiswa Univa yang Hilang di Danau Toba Belum Ditemukan


Samosir. Jenazah seorang mahasiswa asal perguruan tinggi swasta Universitas Alwashliya (Univa) Medan, Fadlan Batubara (20), yang tenggelam di perairan Tomok, Simanindo, Danau Toba, Samosir, hingga Senin (28/10), belum ditemukan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purnamawan Malau, mengatakan saat ini tim SAR Medan, Satuan Polisi Air Parapat dibantu BPBD Samosir terus berupaya melakukan pencarian korban hilang.

"Pencarian korban akan dilanjutkan hari Selasa (29/10)," ujar Purnamawan Malau. Pencarian masih dilakukan di sekitar titik lokasi ketiga mahasiswa melompat ke Danau Toba. Ia lalu merinci kronologi peristiwa itu.

"Awalnya, tiga mahasiswa Univa Medan, Fadlan Batubara (20) yang merupakan warga Dolok Masihol, dikabarkan hilang. Sementara Alif (20) warga Tanjungbalai berhasil selamat bersama Restu (20) warga Medan," katanya. Kejadian itu terjadi Sabtu, (26/10) sekira jam 24.00 WIB.

Saat itu, kata dia, kapal yang ditumpangi Fadlan bersama rekan-rekannya akan tiba di dermaga Tomok dengan jarak sekitar lima puluh meter. Ketiganya pun saling tantang siapa yang bakal lebih cepat berenang. Namun akibatnya, satu mahasiswa hilang.

Kapolres Samosir AKBP Andry Setiawan, membenarkan kejadian satu orang hilang adalah adalah rombongan mahasiswa dari Kampus Alwashliyah Medan.

Sementara itu, salah seorang dosen FKIP Univa yang ikut rombongan, Endi Marshal Dalimunthe, menjelaskan ada 64 mahasiswa yang ikut rombongan dalam kapal itu. Mereka baru selesai mengikuti malam inagurasi di Parapat. Rencananya, hari ini mereka akan pulang ke Medan setelah berkunjung ke Tomok. "Mereka baru mengikuti malam inagurasi, dan kami akan pulang ke Medan setelah dari Tomok," tutur Endi Marshal Dalimunthe.

Ulos Batak Menjadi Lambang Festival Danau Toba 2014

Written By Unknown on Senin, 23 September 2013 | 13.50

Ulos Batak Menjadi Lambang Festival Danau Toba 2014

Ulos Batak akan dijadikan sebagai ikon pada Festival Danau Toba 2014 oleh Pemkab Toba Samosir yang ditunjuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi tuan rumah pelaksanaan festival budaya yang akan deselenggarakan sekitar Juni 2014.

"Kami mengandalkan Ulos Batak menjadi ikon pada pelaksanaan pesta rakyat yang akan diselenggarakan pada Juni atau Juli bertepatan dengan hari libur sekolah," ujar Bupati Toba Samosir, Kasmin Simanjuntak di Balige, Minggu (22/9/2013).

Bahkan, menurut Kasmin, pihaknya merencanakan pembuatan ulos terpanjang yang disain dan ukuran detailnya masih dalam pengkajian.

Bagi suku Batak, Ulos tidak hanya berfungsi sebagai lambang penghangat dan kasih sayang, melainkan juga sebagai lambang kedudukan, lambang komunikasi, dan lambang solidaritas.

Tenun ikat Batak itu memiliki fungsi simbolik yang tidak dapat dipisahkan dalam aspek kehidupan orang Batak dengan berbagai jenis serta motifnya yang menggambarkan makna tersendiri.

Kasmin mengaku, sebenarnya pihaknya belum sanggup melaksanakan agenda nasional berskala internasional tersebut. Tapi, karena mendapat dukungan dari sesepuh masyarakat Batak, TB Silalahi, akhirnya penunjukan sebagai penyelenggara dalam FDT 2014 diterima oleh Pemkab Toba Samosir.

"Wamenparekraf Sapta Nirwandar menunjuk Pemkab Toba Samosir menjadi tuan rumah pada pelaksanaan FDT 2014," ujarnya.

Dengan adanya penunjukan tersebut, menurut Kasmin, pihaknya langsung bergerak cepat untuk mempersiapkan festival, termasuk melakukan koordinasi dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga.

Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo, kata Kasmin, akan mengucurkan dana sekitar Rp 20 miliar, yang akan digunakan Pemerintah setempat membangun infrastruktur serta sarana dan prasarana olahraga. "Kami akan bangun dua tribun, dan salah satunya di Lapangan Sisingamangaraja Balige, sementara untuk dana lainnya akan dicarikan dari pihak sponsor," katanya.

Selain menyiapkan tim, lanjut Kasmin, pihaknya juga telah mempersiapkan waktu pelaksanaan festival tersebut yakni medio Juni hingga Juli, bertepatan dengan libur sekolah,  salah satu tujuannya untuk mendorong hadirnya masyarakat pada festival tersebut.

Untuk menyemarakkan kegiatan olahraga, kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Sumatera Utara itu akan mengandalkan arung jeram menyusuri sungai Asahan, karena objek wisata olahraga tersebut sudah mulai dikenal hingga tingkat internasional.

Kasmin menegaskan, hingga saat ini sudah banyak turis yang mencoba arung jeram di Asahan, sehingga lokasi tersebut akan diandalkan dalam pelaksanaan festival.

"Guna memenuhi akomodasi, sejumlah hotel telah dipersiapkan bagi tamu lokal maupun pengunjung asing, sementara infrastruktur jalan, sarana dan prasarana lainnya akan terus diperbaiki," tambah Kasmin.
nationalgeographic.co.id

Juara kembar di paralayang Festival Danau Toba

Written By Unknown on Senin, 16 September 2013 | 02.05

Juara kembar di paralayang Festival Danau Toba


Pulau Samosir (ANTARA News) - Persaingan menuju peringkat perdana nomor ketepatan mendarat senior paralayang di Festival Danau Toba 2013 menghasilkan juara kembar, Wahyu Yudha dan Jhoni Effendi, yang sama-sama meraih nilai 26.

Hasil dari panitia pelaksana yang diperoleh Sabtu, di Pulau Samosir, Sumatera Utara, menyatakan, Yudha meraih angka ketepatan 12 pada peluncuran pertama, kemudian tujuh, lima, dan dua. Tiap pilot berhak menempuh empat kali upaya peluncuran penerbangan.

Sementara Effendi meraih angka tiga, sembilan, lima, dan sembilan.

Peringkat ketiga nomor ketepatan mendarat senior diperoleh pilot Thomas Widiananto dari Jawa Tengah, dengan angka 33.

Nomor ketepatan mendarat senior paralayang pada Festival Danau Toba 2013 tidak membedakan antara pilot laki-laki dan perempuan.

"Bagus juga ada kategori untuk putri karena perempuan pilot yang ikut cukup banyak," kata perempuan pilot paralayang senior Indonesia, Lis Andriana, salah satu peserta yang turut berlomba.

Sementara itu, Aris Afriansyah dari Jawa Barat menempati urutan pertama untuk kategori junior, dia menghasilkan nilai 53 dari empat kali peluncuran. Setelah dia, menyusul Indira Lesmana dari DKI Jaya dengan nilai 78, dan Umar Suparman (Jawa Barat) yang beroleh nilai 97. 

Prinsip ketepatan alias akurasi mendarat sangat sederhana, kaki pilot diusahakan menginjak titik pusat sensor pendaratan elektronik yang merekam data pendaratan secara digital di meja pengawas dan juri lomba.

"Jadi selain teknik terbang dan manuver, teknik menjejakkan kaki di titik sasaran yang sangat kecil itu juga penting. Ini tantangannya," kata salah satu peserta.

Aturan dan prosedur pelaksanaan lomba internasional memperebutkan total hadiah uang sebanyak Rp225 juta ini mengacu pada aturan induk organisasi paralayang internasional, Federation L'Aeronotique de Internationale.

Danau Toba Dibahas Dalam Sosialiasi UU Nomor 12 Tahun 2011

Written By Unknown on Kamis, 12 September 2013 | 06.41

Danau Toba Dibahas Dalam Sosialiasi UU Nomor 12 Tahun 2011

Rencana Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Tata Ruang Danau Toba yang kini sedang dalam tahap pembahasan harus turut melibatkan masyarakat sekitar.

Pengaturan tata ruang Danau Toba sebagai kawasan strategis nasional
membutuhkan banyak masukan dari publik, pemerintah daerah, dan para pemangku kepentingan di tujuh kabupaten seputar objek wisata itu.

“Jadi perlu hiring dengan warga sekitar Danau Toba, masyarakat harus dilibatkan,” kata anggota DPR, Ali Wongso Sinaga dari Fraksi Partai Golkar, pada acara Workshop, Sosialisasi Undang-Undang  nomor 12 tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan yang diselenggarakan Badan Legislasi DPR RI, di Medan, Kamis (12/9).

Hadir sebagai pembicara pada kegiatan sehari itu, dari akademisi dengan moderator Nurul Arifin yang juga anggota DPR RI. Sebagai waakil rakyat asal daerah pemilihan Sumatera Utara, Ali Wongso merasa penting untuk mengingatkan tentang aturan tata ruang kawasan strategis nasional, Danau Toba yang akan dibuat dalam bentuk Perpres tersebut agar senantiasa melibatkan masyarakat.

Sebagaimana diketahui terdapat tujuh kabupaten di sekeliling kawasan Danau Toba, yakni Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Dairi, Karo, dan Samosir.

Acara sosialisasi itu dibuka secara resmi Wakil Ketua Baleg DPR RI Achmad Dimyati Natakusumah bertujuan untuk  menyebarluaskan dan memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan UU Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan

Dia menyebutkan bahwa proses penyusunan Peraturan Daerah (Perda) harus selalu didasari dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya.  Setiap Perda yang akan dibentuk juga tidak diperbolehkan bertentangan dengan Perundang-Undangan diatasnya. “UU Nomor 12 Tahun 2011 yang sedang disosialisasikan ini yang menjadi salah satu acuan dalam pembentukan Peraturan Daerah (Perda),” katanya.

Menurutnya, jangan sampai ada diskriminasi dalam penyusunannya sehingga menimbulkan rasa ketidakadilan pada masyarakat. “Intinya peran masyarakat harus tetap ada karena ini konsekwensi demokrasi,”ujarnya.

Namun dalam kesempatan itu salah seorang peserta yang hadir mengungkapkan meskipun Perda maupun Perpres terlahir setelah melalui uji proses dari kajian akademisi. Namun terkadang kajian tersebut sering berdasarkan pesanan. Sehingga begitu banyak peraturan yang akhirnya terpaksa harus dibatalkan, bahkan pembatalan hanya dilakukan oleh Mendagri dan bukan oleh presiden.(beritasore.com)

Sepenggal Sejarah

Written By Unknown on Rabu, 11 September 2013 | 11.53

Sepenggal Sejarah


Batak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengindentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli, Sumatera Timur dan di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak Mandailing. Mayoritas orang batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada juga yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan Animisme (disebut juga sipelebegu atau parbegu), penganut kedua kepercayaan ini saat ini sudah semakin berkurang. Berikut ini mari kita simak Sejarah  Suku Batak

Sejarah Suku Batak

Orang Batak adalah penutur bahasa Austronesia  namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum). Karena hingga sekarang belum ada artefak Neolitikum (Zaman Batu Muda) yang ditemukan di wilayah Batak maka dapat diduga bahwa nenek moyang Batak baru bermigrasi ke Sumatera Utara di zaman logam. Pada abad ke-6, pedagang-pedagang Tamil asal India mendirikan kota dagang Barus, di pesisir barat Sumatera Utara. Mereka berdagang kapur Barus yang diusahakan oleh petani-petani di pedalaman. Kapur Barus dari tanah Batak bermutu tinggi sehingga menjadi salah satu komoditas ekspor di samping kemenyan. Pada abad ke-10, Barus diserang oleh Sriwijaya. Hal ini menyebabkan terusirnya pedagang-pedagang Tamil dari pesisir Sumatera. Pada masa-masa berikutnya, perdagangan kapur Barus mulai banyak dikuasai oleh pedagang Minangkabau yang mendirikan koloni di pesisir barat dan timur Sumatera Utara. Koloni-koloni mereka terbentang dari Barus, Sorkam, hingga Natal.

Identitas Batak

R.W Liddle mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatera bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar. Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial. Dalam disertasinya J. Pardede mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, Siti Omas Manurung, seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semua orang baik karo maupun Simalungun mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa Pusuk Buhit, salah satu puncak di barat Danau Toba, adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari Samosir.

Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh J.H Neumann, berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu Pustaka Kembaren dan Pustaka Ginting. Menurut Pustaka Kembaren, daerah asal marga Kembaren dari Pagaruyung di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari Bahasa Tamil. Orang-orang Tamil yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatera akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.

Misionaris Kristen

Pada tahun 1824, dua misionaris Baptist asal Inggris, Richard Burton dan Nathaniel Ward berjalan kaki dari Sibolga menuju pedalaman Batak. Setelah tiga hari berjalan, mereka sampai di dataran tinggi Silindung dan menetap selama dua minggu di pedalaman. Dari penjelajahan ini, mereka melakukan observasi dan pengamatan langsung atas kehidupan masyarakat Batak. Pada tahun 1834, kegiatan ini diikuti oleh Henry Lyman dan Samuel Munson dari Dewan Komisaris Amerika untuk Misi Luar Negeri.

Pada tahun 1850, Dewan Injil Belanda menugaskan Herman Neubronner Van der Tuuk untuk menerbitkan buku tata bahasa dan kamus bahasa Batak - Belanda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan misi-misi kelompok Kristen - Belanda dan Jerman berbicara dengan masyarakat Toba dan Simalungun yang menjadi sasaran pengkristenan mereka.

Misionaris pertama asal Jerman tiba di lembah sekitar Danau Toba pada tahun 1861, dan sebuah misi pengkristenan dijalankan pada tahun 1881 oleh Dr. Ludwig Ingwer Nommensen. Kitab Perjanjian Baru untuk pertama kalinya diterjemahkan ke bahasa Batak Toba oleh Nommensen pada tahun 1869 dan penerjemahan Kitab Perjanjian Lama diselesaikan oleh P. H. Johannsen pada tahun 1891. Teks terjemahan tersebut dicetak dalam huruf latin di Medan pada tahun 1893. Menurut H. O. Voorma, terjemahan ini tidak mudah dibaca, agak kaku, dan terdengar aneh dalam bahasa Batak.

Masyarakat Toba dan Karo menyerap agama Kristen dengan cepat, dan pada awal abad ke-20 telah menjadikan Kristen sebagai identitas budaya. Pada masa ini merupakan periode kebangkitan kolonialisme Hindia Belanda, dimana banyak orang Batak sudah tidak melakukan perlawanan lagi dengan pemerintahan kolonial. Perlawanan secara gerilya yang dilakukan oleh orang-orang Batak Toba berakhir pada tahun 1907, setelah pemimpin kharismatik mereka, Sisingamangaraja XII wafat.

Gereja HKBP
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) telah berdiri di Balige pada bulan September 1917. Pada akhir tahun 1920-an, sebuah sekolah perawat memberikan pelatihan perawatan kepada bidan-bidan disana. Kemudian pada tahun 1941, Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) didirikan. 

Salam Khas Batak

Tiap puak Batak memiliki salam khasnya masing masing. Meskipun suku Batak terkenal dengan salam Horasnya, namun masih ada dua salam lagi yang kurang populer di masyarakat yakni Mejuah juah dan Njuah juah. Horas sendiri masih memiliki penyebutan masing masing berdasarkan puak yang menggunakannya

1. Pakpak “Njuah-juah Mo Banta Karina!”
2. Karo “Mejuah-juah Kita Krina!”
3. Toba “Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!”
4. Simalungun “Horas banta Haganupan, Salam Habonaran Do Bona!”
5. Mandailing dan Angkola “Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”

Kekerabatan

Kekerabatan adalah menyangkut hubungan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Ada dua bentuk kekerabatan bagi suku Batak, yakni berdasarkan garis keturunan (genealogi) dan berdasarkan sosiologis, sementara kekerabatan teritorial tidak ada.

Bentuk kekerabatan berdasarkan garis keturunan (genealogi) terlihat dari silsilah marga mulai dari Si Raja Batak, dimana semua suku bangsa Batak memiliki marga. Sedangkan kekerabatan berdasarkan sosiologis terjadi melalui perjanjian (padan antar marga tertentu) maupun karena perkawinan. Dalam tradisi Batak, yang menjadi kesatuan Adat adalah ikatan sedarah dalam marga, kemudian Marga. Artinya misalnya Harahap, kesatuan adatnya adalah Marga Harahap vs Marga lainnya. Berhubung bahwa Adat Batak/Tradisi Batak sifatnya dinamis yang seringkali disesuaikan dengan waktu dan tempat berpengaruh terhadap perbedaan corak tradisi antar daerah.

Adanya falsafah dalam perumpamaan dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. merupakan suatu filosofi agar kita senantiasa menjaga hubungan baik dengan tetangga, karena merekalah teman terdekat. Namun dalam pelaksanaan adat, yang pertama dicari adalah yang satu marga, walaupun pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan Adat.

Falsafah dan Sistem Kemasyarakatan  

Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu menurut keenam puan batak:

1. Dalihan Na Tolu (Toba) 
• Somba Marhula-hula 
• Manat Mardongan Tubu 
• Elek Marboru

2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola)
• Hormat Marmora
• Manat Markahanggi 
• Elek Maranak Boru

3. Tolu Sahundulan (Simalungun) 
• Martondong Ningon Hormat, Sombah 
• Marsanina Ningon Pakkei, Manat 
• Marboru Ningon Elek, Pakkei

4. Rakut Sitelu (Karo) 
• Nembah Man Kalimbubu 
• Mehamat Man Sembuyak 
• Nami-nami Man Anak Beru

5. Daliken Sitelu (Pakpak) 
• Sembah Merkula-kula 
• Manat Merdengan Tubuh 
• Elek Marberru

Namun bukan berarti ada kasta dalam sistem kekerabatan Batak. Sistem kekerabatan Dalihan na Tolu adalah bersifat kontekstual. Sesuai konteksnya, semua masyarakat Batak pasti pernah menjadi Hulahula, juga sebagai Dongan Tubu, juga sebagai Boru. Jadi setiap orang harus menempatkan posisinya secara kontekstual.

Sehingga dalam tata kekerabatan, semua orang Batak harus berperilaku 'raja'. Raja dalam tata kekerabatan Batak bukan berarti orang yang berkuasa, tetapi orang yang berperilaku baik sesuai dengan tata krama dalam sistem kekerabatan Batak. Maka dalam setiap pembicaraan adat selalu disebut Raja ni Hulahula, Raja no Dongan Tubu dan Raja ni Boru.

Kontroversi

Sebagian orang Karo, Angkola, dan Mandailing tidak menyebut dirinya sebagai bagian dari suku Batak. Wacana itu muncul disebabkan karena pada umumnya kategori "Batak" dipandang rendah oleh bangsa-bangsa lain. Selain itu, perbedaan agama juga menyebabkan sebagian orang Tapanuli tidak ingin disebut sebagai Batak. Di pesisir timur laut Sumatera, khususnya di Kota Medan, perpecahan ini sangat terasa. Terutama dalam hal pemilihan pemimpin politik dan perebutan sumber-sumber ekonomi. Sumber lainnya menyatakan kata Batak ini berasal dari rencana Gubernur Jenderal Raffles yang membuat etnik Kristen yang berada antara Kesultanan Aceh dan Kerajaan Islam Minangkabau, di wilayah Barus Pedalaman, yang dinamakan Batak. Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing (Angkola) dan Karo, umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Demikian juga di Angkola, yang terdapat banyak pengungsi muslim yang berasal dari wilayah sekitar Danau Toba dan Samosir, akibat pelaksanaan dari pembuatan afdeeling Bataklanden oleh pemerintah Hindia Belanda, yang melarang penduduk muslim bermukim di wilayah tersebut.

Konflik terbesar adalah pertentangan antara masyarakat bagian utara Tapanuli dengan selatan Tapanuli, mengenai identitas Batak dan Mandailing. Bagian utara menuntut identitas Batak untuk sebagain besar penduduk Tapanuli, bahkan juga wilayah-wilayah di luarnya. Sedangkan bagian selatan menolak identitas Batak, dengan bertumpu pada unsur-unsur budaya dan sumber-sumber dari Barat. Penolakan masyarakat Mandailing yang tidak ingin disebut sebagai bagian dari etnis Batak, sempat mencuat ke permukaan dalam Kasus Syarikat Tapanuli (1919-1922), Kasus Pekuburan Sungai Mati (1922), dan Kasus Pembentukan Propinsi Tapanuli (2008-2009).

Dalam sensus penduduk tahun 1930 dan 2000, pemerintah mengklasifikasikan Simalungun, Karo, Toba, Mandailing, Pakpak dan Angkola sebagai etnis Batak. (wikimedia.org)


Atlet Asing Batal Renang Keliling Danau Toba

Atlet Asing Batal Renang Keliling Danau Toba

Samosir, (Antara Sumbar) - Atlet asing dari berbagai negara batal turun di kejuaraan renang internasional keliling danau terbesar di Indonesia dalam rangkaian Festival Danau Toba 2013 di Samosir, Sumatra Utara, Rabu.

Sebelumnya ada empat atlet asing yang diundang oleh panitia yaitu juara renang internasional Thomas Lurz dari Jerman, Spyridon Gianniotis dari Yunani, Martina Grimaldi dari Italia dan Poliana Okimoto dari Brazil. Hanya saja semuanya tidak bisa hadir.

Dengan batalnya atlet-atlet kelas dunia turun pada World Super Swim yang baru pertama kali digelar di Danau Toba ini, maka kejuaraan hanya diikuti oleh atlet-atlet nasional yang selama ini sudah kenyang pengalaman.

Sedikitnya 12 atlet putra dan putri berperan dalam kejuaraan yang dilepas oleh Bupati Samosir Mangindar Simbolon di Dermaga Hotel Dumasari, Samosir, Rabu pagi.

"Memang, atlet internasional batal turun di kejuaraan ini. Khusus tahun ini sifatnya baru ekshibisi meski sudah disetujui oleh FINA (federasi renang dunia)," kata salah satu penanggungjawab kegiatan renang keliling Danau Toba, Amir Husein.

Menurut dia, batalnya atlet asing disebabkan beberapa hal mulai singkatnya waktu pendaftaran hingga pelaksanaan serta proses pengurusan administrasi bagi atlet yang dibidik mengalami kesulitan.

Selama ini, kata dia, meski telah mendapatkan dukungan dari federasi renang masing-masing negara dimana atlet berasal, proses komunikasi hanya sebatas menggunakan surat elektronik.

"Seharusnya kita mendatangi langsung atlet yang dibidik. Lalu melakukan kontrak. Tapi saat ini belum bisa dilakukan. Butuh waktu sekitar satu tahun untuk proses ini," kata pria yang juga pengurus PRSI Pusat ini.

Meski tanpa atlet asing, kata dia, renang keliling Danau Toba ini tetap diikuti atlet nasional. Bahkan atlet ini telah beberapa kali turun pada kejuaraan internasional termasuk di Barcelona Spanyol beberapa waktu lalu.

Ditanya sistem perlombaan yang dilakukan, Amir Husein menjelaskan, 12 atlet sebelumnya dilepas secara bersamaan. Hanya saja setelah lima kilometer delapan atletnya naik ke kapal guna mempersiapkan diri untuk menggantikan posisi empat perenang lain.

"Setiap 10 kilometer akan ada pergantian. Hari ini harus menyelesaikan 40 kilometer dalam waktu sembilan jam. Setelah itu istirahat dan besok dilanjutkan lagi," kata Amir menegaskan.

Renang keliling Danau Toba yang sebelumnya dibidik untuk mendongkrak pesta bagi masyarakat Batak ini menempuh jarak kurang lebih 120 kilometer yang akan ditempuh dalam waktu tiga hari dengan sistem estafet.(antara)

HOLSO MANGHORHON PANOLSOLION

Written By Unknown on Selasa, 10 September 2013 | 23.37

HOLSO MANGHORHON PANOLSOLION

Di sada huta na metmet adong do maringanan sada keluarga naposo, jala bagasnasida hira na pinjil do sian angka donganna.
Ginoaran keluarga naposo, ale nambura dope parrumatanggaonna, sada dope dibasabasahon Debata dakdanak di nasida marumur sabulan lobi. Di na sahali, uju manogot dope dung borhat amanta i tu ulaonna, tubu do tu roha ni inanta i naeng laho tu batang aek manunsi abit. Alai sai songon na humolso do rohana mamingkiri na so adong dongan ni posoposona i di jabu molo tung tadinghononna. Ai tar dao do batang aek i. Tingki marpingkir inanta on, tompu ma dapot haputusan di rohana, dipapodom ma posoposo i di podoman jala disuru ma biangna na margoar si Gompul laho manjaga anakna i.
Dihurungi ma si Gompul di kamar podoman ni posoposo i, ai haposan jala na mangarti do biang i. Dikunci ma kamar i sian luar, alai buka do dibahen ianggo jandela. Pos do rohana manadingkon posoposo i jala dibagasan hinsa ni roha do inanta i borhat tu ulaonna. Marende nanget-nanget ma inanta i huhut manunsi angka abitna. Endena “Holong do roha ni Debatangku, holong rohana tongtong di ahu”, dohot udutna. Sonang idaon rohana laho mulaulaonna i, hira na puas panghilalaanna so ada holsona.
Alai satongkin do las ni rohana i, soluk ma ro holso dohot ganggu ni pingkiran. Ai tompu taroktohon ma ibana, pintor diingot ma posoposona i.
“Bah … na beha do ulaning anakhonhi . . . ? bah …. bah !” ninna rohana. Jala mago ma hinsa ni roha, maradian ma dohot endena. Naeng tadinghononna ulaonna i asa idaonna posoposo i tu jabu, hape songon na tanggung, ai holan na paiashon nama.
**
Alai tompu ma muse deg-dug taroktokna, manambai lomos dohot ganggu ni rohana. Gabe holsoan ma ibana mamingkiri huhut marningot posoposona na dihurungi di jabu dohot biangna si Gompul i.
“Nda tung na kotoran nuaeng anakhi laos diallang si Gompul, hape gabe diharathon ibana ?”
“Beha nama ahu?” Alai huhudus nama ulaonhon, unang alang”, ninna rohana.
Holso marlaok ganggu, i ma marsorinsorin di rohana. Mago las ni roha … maradian nang ende “Holong do roha. …… Pingkiranna, sai laho tu jabu marningot posoposona dohot si Gompul.
Hira so dihilala, satonga ias dohot so ias diporoi ma abitna dibahen tu ingananna jala diampehon tu simanjujungna.
Disi dijujung dilangkahon ma tu darat sian aek i huhut sai tongtong holsoan rohana.
Alai disi naeng mulai mardalan inanta i, tompu ma muse tamba holso nang lomosna hira na habang dihilala tondina. Aha na hinolsohon ni rohana, dia na nilomoshonna. Tarbukti ma nuaeng nalnal di simalolongna, ai dibereng ma maringkat jial ro si Gompul mandapothon ibana huhut marngius-ngius diososhon dagingna tu patna.
Mangangguk bingar ma inanta i disi dibereng sap mudar baba ni si Gompul. “Amang… Amangoi amang,
on ma hape alus ni holso ni rohangki, toho do hape lomoshi, nunga diallang si Gompul on anakhi,” ninna anggukna ma gogo songon na rintik sasadasa.
“Husuru ho manjaga hape laos diallang ho anakhonki, on pe ingkon hupusa ma ho biang na so hasea,” ninna, inanta i. Disampathon siboanonna dilului ompongompong laho mamusa si Gompul i. Dapotna ma batu jala dihindat ma laho pamatehon biangna i. Alai sai songon na mangelek do idaon biang i, hira na “minta ampun” marngiusngius, sai diososhon dagingna, tu pat ni inanta i.
Alai ala putus ni roha ni inanta i paingotingot anakhonna i, mago ma asi ni roha sian inanta i, ditompashon ma batu i toho tu ulu ni si Gompul i jala laos mate.
Inanta i pe marlojong ma tu jabu mardongan angguk maramangoi. Dung sahat tu jabu jala masuk tu kamar ni posoposona i, gabe tamba ma anggukna mamereng mudar na marserak disi.
Diida podoman nunga “kacau-balau”, sude suar sair marserahan jala sap mudar, posoposo i ndang adong diida be.
Ndang be da hira so puas be anggukna, huhut dipambalikhon sude tilam ro di bantal na sap mudar i.
Soluk ma ro panolsolion di roha, “Aut huboto songon on ndang tadinghononku anakhi nangkin…, amang tahe dangolna i”, ninna ibana marhatahata huhut diordior di kamar i. Alai di na so hinirim ni rohana, dihindat ma angka bantal, diida ma, disi do modom denggan posoposo i hira na binahen. Dihindat ma huhut dihaol, diummai anakhonna i, ai so pola adong manang mahua posoposo i.
Di na laho haruar inanta i mamboan posoposo i tu kamar tonga, songgot ma rohana tompu mamereng di balik ni pintu i pulguk bangke ni ulok na balga naung marponggol-ponggol. Na ro do hape ulok i naeng mangallang posoposo i, alai dihalangi jala dialo si Gompul ma ulok i laos dipamate diharati.
“Mudar ni ulok i do hape na di baba ni biang si Gompul na burju i, hape hupusa ibana, amang segana i”, ninna roha ni inanta i manolsoli. Diabing ma posoposo i laos diboan marlojong marnida hapeahan ni si Gompul i.
Mangangguk muse inanta i disi diida tangkas naung mate do hape biang i. Alai beha bahenon so haulahan be, ai so adong roha na marhaposan tu Debata di inanta i, marisuang do endena i na mandok “Holong do roha ni Debatangku”.
Ai aut dipasahat inanta i holso na di rohana i tu Debata, tontu do ndang tarjadi panolsolion, ai saluhutna do boi dipangke Debata songon parhiteanNa laho mangurupi na manjou goarNa.(berbagai sumber)

Pencarian korban hilang akibat tabrakan

Pencarian 4 korban hilang akibat tabrakan

Samosir - Pencarian 4 korban hilang akibat tabrakan 2 kapal di Danau Toba Kabupaten Samosir Sumut kembali dilanjutkan hari ini. Ada dua tim gabungan yang melakukan pencarian di sekitar tempat kejadian.

"Pencarian akan dilanjutkan hari ini dan kita dibantu Basarnas Propinsi Sumut, Dit Pol Air Poldasu dan Badan Nasional Penanggulan Bencana Daerah," ujar AKPB Donny Damanik Kapolres Samosir di Tuk Tuk Siadong, Senin (9/9/2013).

Awalnya pencarian korban akan dilakukan di sekitar radius 50 meter dari lokasi kejadian. Jika tidak ditemukan radius pencarian akan ditambah. Tim penyelam dari Basarnas Propinsi Sumut juga akan melakukan penyelaman.

"Biasanya korban tenggelam di Danau Toba akan muncul dalam radius 200 meter," ungkap Donny Damanik.

Ia juga menjelaskan, pihaknya masih memeriksa dua nahkoda kapal. Hingga kini mereka belum menetapkan status tersangka kepada keduanya.

"Kedua nahkoda masih diperiksa dan kita masih mempelajari apakah peritiwa kecelakaan itu disebabkan human error atau tidak," tambahnya.

Tabrakan dua kapal terjadi Minggu (8/9/913) sekitar pukul 10.30 WIB di perairan Tomok, Kabupaten Samosir. Kapal ferry Tao Toba I yang berangkat dari Tomok menuju pelabuhan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir, bertabrakan dengan kapal penumpang pariwisata KM Yola yang berangkat dari arah sebaliknya.

Nama-nama korban hilang adalah Uji (23) warga Medan, Sandi (20) Medan Marelan, Susiono (30) warga Tanjung Morawa, dan Kujang (28) warga Lubuk Pakam Deli Serdang.(detiknews)

TPL dan Hutan

Written By Unknown on Senin, 09 September 2013 | 22.54


TPL dan Hutan

Empat aktivis lingkungan hidup asal Sumatera Utara menyampaikan keprihatinan mereka atas kerusakan ekosistem yang terjadi di Danau Toba, Sumatera Utara.
Menurut salah seorang aktivis lingkungan Wilmar Simanjorang, hutan di wilayah Samosir dan Toba Samosir telah berkurang luasnya sejak beroperasinya PT Indo Rayon (sekarang PT Toba Pulp Lestari) yang membutuhkan kayu untuk bubur kertas.
Kondisi ekosistem Danau Toba telah mengalami kerusakan dalam taraf yang cukup serius, hal tersebut nampak dari luas tutupan hutan yang terus berkurang dan kualitas air danau yang telah tercemar.
"Kami sudah adukan ke bupati, ke presiden SBY, kementerian LH, kemenhut, gubernur Sumut, Kejakgung, Mabes Polri, Kapolres Samosir. Menteri LH bilang hentikan itu (penebangan hutan) tapi cuma omong doang," ujar Wilmar di Kantor Walhi, Jakarta, Minggu (1/9/2013).
Danau Toba yang telah ditetapkan sebagai kawasan tujuan wisata dan kawasan strategi nasional harus dijaga kelestariannya, sehingga kegiatan yang bersifat merusak seperti penebangan hutan harus dihentikan, termasuk pemberian izin kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan pengerusakan lingkungan.
"Dengan adanya toba pulp lestari dan penebangan pohon oleh perusahaan lainnya, kami terancam kelaparan, karena dulu setelah panen beras bisa cukup sampai 4 bulan, tapi sekarang hanya cuma 2 bulan karena sawah kering dan sulit air," tuturnya.
Sementara itu, Walhi memastikan akan mendukung upaya masyarakat dalam menyelamatkan ekosistem Danau Toba dan penyelamatan lingkungan lainnya diberbagai tempat di Indonesia.
"Segala bentuk kegiatan yang bersifat merusak harus dihentikan," tandas perwakilan dari Walhi, Mukri menegaskan.(sumber TRIBUNNEWS.COM - )

Festival Danau Toba

Festival Danau Toba

MEDAN - Festival Danau Toba (FDT) akan digelar secara meriah pada 8-14 September 2013 di Danau Toba, Kabupaten Samosir, Sumatra Utara. Seluruh pemangku kebijakan dalam pesta tahunan ini berharap FDT 2013 dapat membangkitkan pariwisata di Sumut.

Pada tahun ini, gelaran yang sebelumnya bernama Pesta Danau Toba (PDT) tersebut langsung ditangani oleh Kementerian pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kabupaten Samosir tahun ini menjadi pihak penyelenggara dengan dukungungan 11 Kabupaten/Kota di sekitar Danau Toba.

Masa keemasan pariwisata Sumut terjadi sebelum krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997-1998 silam. Wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Sumut, khususnya ke Danau Toba pada 1996 tercatat mencapai 4 juta orang.

Dinas Pariwisata Sumut mencatat khusus Wisman yang berkunjung ke Sumut pada 1995 mencapai 301.287 orang. Kemudian terus menurun pada 1996 tercatat 292.930 orang, pada 1997 mencapai 244.916, pada 1998 mencapai 141.899 orang, dan penurunan terbesar terjadi pada 1999 yang mencapai 89.271 Wisman.

Banyaknya jumlah Wisman terutama dari Eropa pada saat sebelum krisis ekonomi terjadi akibat adanya penerbangan langsung dari Eropa ke Bandara Internasional Polonia Medan yang dilayani oleh beberapa maskapai penerbangan nasional maupun internasional. Namun, terjadinya krisis ekonomi mengakibatkan semua maskapai penerbangan menutup rute Eropa-Polonia sehingga membuat jumlah Wisman anjlok. 

Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut melaporkan jumlah kunjungan Wisman pada 2012 mencapai 241.833 orang, meningkat dari tahun sebelumnya yang mencapai 223.126 orang. Sedangkan jumlah kunjungan Wisman sepanjang Januari-Juni 2013 mencapai 122.785 orang, naik 4,50% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Khusus Wisman pada Juni 2013 justru mengalami penurunan 1,23% menjadi 23.420 orang dibanding Mei 2013 yang sebanyak 23.712 orang. Wisman Sumut masih didominasi warga negara Malaysia yang menempati urutan terbanyak mencapai 12.546 orang (56,57%), kemudian disusul Singapura sebanyak 2.003 orang (6,43%), China 750 orang (3,27%) dan Belanda 580 orang (2,03%).

Wisman asal Australia mengalami peningkatan kedatangan tertinggi yakni 59,94%, diikuti Amerika Sertikat 48,3%, lalu Taiwan sebesar 44,67%, Singapura sebesar 43,79% dan Belanda 25%. Sementara wisman asal Malaysia turun 13,67% dari 14.533 orang menjadi 12.546 orang dan dari China turun 12,79%.

Kendati demikian, jumlah Wisman yang berkunjung ke Sumut beberapa tahun terakhir belum mampu melampaui jumlah kunjungan sebelum krisis ekonomi 1997-1998. Padahal, berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Sumut dan Pemkab/Pemkot di Sumut termasuk menggelar Pesta Danau Toba.

Pesta Danau Toba yang dimulai sejak 1980 sesungguhnya telah menarik wisatawan. Namun, gelaran pesta masyarakat Danau Toba ini sempat terhenti selama 4 tahun pada 1987 menyusul tragedi tenggelamnya kapal Peldatri. 

Untuk kembali menggairahkan pariwisata Danau Toba, pada 2002 Pesta Danau Toba diambilalih oleh Pemprov Sumut dari sebelumnya hanya dikelola oleh masing-masing kabupaten/kota. Sejak saat itu, PDT dikoordinir oleh Pemprov Sumut dengan dukungan masing-masing kabupaten/kota di sekitar Danau Toba.

Pelaksanaan PDT 2012 yang digelar di Parapat, Kabupaten Simalungun, pada 29-31 Desember diperkirakan hanya menggaet sekitar 10.000 wisatawan lokal. Pada tahun-tahun sebelumnya, gelaran PDT ditempatkan di Parapat dengan jadwal yang berubah-ubah. 

Bupati Samosir Mangindar Simbolon yang juga ketua panitia FDT 2013 menjelaskan mulai tahun ini gelaran pesta FDT akan dilakukan setiap minggu kedua pada bulan September. Hal itu dimaksudkan agar wisatawan dapat membuat perencanaan jadwal berkunjung ke Danau Toba setiap gelaran FDT jauh-jauh hari.

Dia mengakui Wisman yang berkunjung ke Sumut terutama asal Eropa sempat anjlok sejak masa keemasan 1995-1996. Berbagai kendala yang menjadi penyebab menurunnya jumlah Wisman terutama akibat penutupan penerbangan langsung Eropa-Medan saat krisis ekonomi.

"Sekarang jumlah Wisman sudah mulai naik lagi, kendalanya banyak faktor salah satunya sekarang sudah tidak ada lagi penerbangan langsung dari Eropa. Harapan kami setelah ada KNIA akan ada lagi penerbangan dari Eropa, tidak hanya dari Belanda," ujarnya kepada Bisnis, (Sumber Bisnis.com)

Parade Budaya Batak Buka Festival Danau Toba

Written By Unknown on Minggu, 08 September 2013 | 18.19

Parade Budaya Batak Buka Festival Danau Toba

Metrotvnews.com, Samosir: Parade budaya Batak secara resmi mengawali dibukanya Festival Danau Toba 2013 oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa di Open Stage, Samosir, Minggu (8/9).

Tarian Tortor Sawan massal yang diikuti oleh ratusan remaja putri menjadi pembuka festival terbesar dan diharapkan menjadi agenda internasional ini.

Mereka menari dengan diiringi alunan musik khas Batak. Saat ratusan remaja putri ini menari, ribuan orang yang hadir banyak yang histeris karena mereka menunjukkan keahliannya dalam memainkan cawan yang dibawanya. Bahkan beberapa cawan yang dibawa jatuh dan pecah. 

Kondisi ini membuat suasana lebih dramatis Setelah Tortor Sawan parade budaya dilanjutkan dengan Sulang-Sulang yaitu sebuah tradisi yang merupakan ungkapan terima kasih kepada orang tua. Saat Sulang-Sulang berlangsung, ribuan penonton  cukup menghayati ritual ini.

Selain Tortor Sawan dan Sulang-Sulang, pembukaan Festival Danau Toba 2013 juga dimeriahkan artis nasional dan artis-artis terkenal dari Tanah Batak.

Ketua Umum Festival Danau Toba 2013, Mangindar Simbolon mengatakan tema festival yang menggabungkan budaya dengan olahrag raga ini adalah "Arga Do Bona Ni Pinasa" atau menghargai tanah leluhur.

"Festival Danau Toba merupakan lanjutan dari Pesta Danau Toba yang selama ini digelar. Namun, untuk tahun ini dibuat lebih besar karena melibatkan banyak pihak," katanya di sela pembukaan festival.

Dengan adanya peningkatan kegiatan, kata dia, diharapkan Festival Danau Toba bisa menjadi kegiatan utama di Sumatra Utara maupun Indonesia sehingga mampu bersaing dengan kegiatan lainnya bahkan bisa lebih dikenal di seluruh dunia.

"Festival ini akan didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif hingga lima tahun kedepan. Meski demikian harus mendapatkan dukungan pihak lain agar kegiatan ini lebih besar lagi," kata Wamenparekraf Sapta Nirwandar.

Setelah parade budaya selesai, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa secara resmi membuka Festival Danau Toba yang akan berangkhir 15 September nanti. Pembukaan festival ditandai dengan menabuh gendang khas Tanah Batak.

"Semoga festival ini bisa berdampak positif bagi masyarakat Samosir pada khususnya. Selain itu bisa meningkatkan ekonomi masyarakat," katanya di sela pembukaan.

Sebelum pembukaan Festival Danau Toba dilakukan ada beberapa prosesi yang dilakukan diantaranya menyebar daun sirih di tengah-tengah Danau Toba. Setelah itu dilanjutkan upacara penyambutan oleh para tetua Tanah Batak. (Antara)

Protes Kerusakan Hutan Danau Toba, Tiga Aktivis Kembalikan Penghargaan dari SBY

 Protes Kerusakan Hutan Danau Toba, Tiga Aktivis Kembalikan Penghargaan dari SBY

TRIBUNNEWS, JAKARTA - Tiga orang aktivis lingkungan asal Sumatera Utara mengembalikan penghargaan yang mereka dapatkan dari pemerintah sebagai bentuk protes mereka atas kerusakan lingkungan yang terjadi di sekitar kawasan Danau Toba.

Marandus Sirait, Wilmar Simanjorang dan Hasoloan Manik adalah peraih penghargaan bergengsi di bidang lingkungan hidup Kalpataru dan Wanalestari. Mereka menilai pemberian penghargaan tersebut tidak lebih dari selebrasi semata, karena tidak ada dukungan lebih lanjut dari pemerintah untuk membantu upaya pelestarian lingkungan.

"Kami kembalikan kepada negara karena di seluruh kawasan di Danau Toba perusakan semakin tak terkendali, di depan mata, seolah-olah bebas saja tanpa hambatan," ujar Marandus Sirait di Sekretariat Walhi, Jakarta, Minggu (1/9/2013).

Sebagai penerima penghargaan Kalpataru dan Wanalestari dari pemerintah, mereka merasa turut memiliki beban moral jika ternyata pemerintah tidak mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan.

Oleh karenanya mereka mengembalikan penghargaan tersebut sebagai bentuk tanggung jawab moral selaku peraih penghargaan.

Mereka menyebut saat ini kondisi ekosistem Danau Toba telah mengalami kerusakan dalam taraf yang cukup serius, hal tersebut nampak dari luas tutupan hutan yang terus berkurang dan kualitas air danau yang telah tercemar.

"Kami sudah adukan ke bupati, ke presiden SBY, kementerian LH, kemenhut, gubernur Sumut, Kejakgung, Mabes Polri, Kapolres Samosir. Menteri LH bilang hentikan itu (penebangan hutan) tapi cuma omong doang," ujar Wilmar Simanjorang.

Ia menilai Danau Toba yang telah ditetapkan sebagai kawasan tujuan wisata dan kawasan strategi nasional harus dijaga kelestariannya, sehingga kegiatan yang bersifat merusak seperti penebangan hutan harus dihentikan, termasuk pemberian izin kepada perusahaan-perusahaan yang melakukan perusakan lingkungan.

Ikon Festival Danau Toba 2013 Sigale-gale Raksasa

Ikon Festival Danau Toba 2013  Sigale-gale Raksasa


MEDAN - Panitia Festival Pesta Danau Toba telah menyiapkan sebuah boneka Sigale-gale raksasa sebagai ikon fisik pelaksanaan Festival Pesta Danau Toba (FDT) 2013. Boneka ini akan dipajang selama perhelatan FDT 2013 pada 8-14 September mendatang.

Boneka raksasa setinggi hingga 15 meter itu akan diletakkan di atas air sehingga boneka tersebut seolah-olah bisa menari. Bentuknya seperti Sigale-gale yang biasa dipertunjukkan di lokasi wisata Tuk-Tuk Siadong, di tepi Danau Toba.

Ketua Panitia Festival Danau Toba, Mangindar Simbolon, mengatakan bahwa boneka raksasa dari material kayu itu akan diletakkan di sekitar teluk antara kawasan wisata Tuktuk dan Bukit Beta Samosir. Boneka tersebut dibangun di atas pondasi berbentuk keramba, yang mengambang sehingga nantinya bisa bergerak mengikuti gelombang air danau.

"Sudah kita datangkan Sigale-gale dari pembuatnya di Jakarta dengan kontainer. Sekarang sedang pemasangan dan finalisasi. Nanti bonekanya memakai pakaian adat Batak dan menari-nari di atas air. Itu ikon resmi Festival Danau Toba 2013," katanya di Medan, Jumat (6/9/2013).

Mangindar juga mengatakan, boneka tersebut akan dilengkapi cahaya lampu yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga dapat terlihat indah dari kejauhan, khususnya pada malam hari. "Berlampu nanti dia, warna-warni. Dan, karena lokasinya terbilang strategis, nanti dari kejauhan pun kelihatan, termasuk dari Parapat dan Tanah Karo. Kan besar sekali ini," jelasnya.

Sigale-gale merupakan boneka kayu legendaris khas suku Batak. Pada upacara khas suku Batak di Sumatera Utara, boneka kayu yang diukir menyerupai manusia ini digunakan untuk menari Tor-tor.

Di balik boneka Sigale-gale ini ada sebuah legenda. Sigale-gale merupakan interprestasi dari Manggale, anak seorang raja bijaksana yang gugur di medan perang. Sang raja sangat terpukul dengan kematian anaknya hingga ia jatuh sakit.

Salah seorang tabib yang mengobati sang raja meminta penasehat kerajaan untuk memahatkan kayu berwajah mirip Manggale. Dia kemudian memanggil dan memasukkan roh anak sang raja ke dalam boneka tersebut. Sang raja pun sembuh karena seolah melihat boneka yang mirip dengan anaknya, Manggale.

Danau Toba Menurut Wikipedia

Written By Unknown on Kamis, 01 Agustus 2013 | 18.47

Danau Toba Menurut Wikipedia

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.
Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.
Selama tujuh tahun, para ahli dari oxford University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Berita Danau Toba - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Blogger